Lari Bersama Di Jakarta Untuk Semangat Baru

Lari Bersama Di Jakarta Untuk Semangat Baru, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung terlihat fresh pagi itu di atas lintasan Gelanggang olahraga Bung Karno. Bersama barisan kepala dinas, dia berlari rileks sambil terlibat perbincangan enteng, melemparkan senyuman, dan kadang-kadang memberikan aba-aba irama. Tetapi dibalik gerak badan yang terlihat enteng, pesan yang dibawa cukup memiliki bobot: birokrasi Jakarta harus bergerak, sehat, dan bersatu dalam satu irama.

Ajakan lari bersama ini bukanlah aktivitas resmi semata. Pramono memperjelas jika kegiatan rutin olahraga ini menjadi sisi dari disiplin kepimpinan. “Tubuh sehat, jiwa kuat, kerja semangat,” ucapnya ke reporter. Di tengah-tengah rintangan kompleks Jakarta sebagai megapolitan, kesehatan mental dan fisik dipandang kunci menjaga kualitas service public.

Jaringan Warga Madura Jakarta (JAMMA) menyongsong cara ini dengan semangat sama. Ketua Umum JAMMA, Edi Homaidi, memandang apa yang sudah dilakukan Gubernur Pramono untuk contoh kepimpinan progresif. “Pimpinan yang mengawali hari dengan gerak bersama bawahannya ialah pimpinan yang ajak, bukan memerintah,” katanya ke media, Senin (19/5).

Lebih dari simbolis, JAMMA menyaksikan aktivitas ini sebagai bentuk koalisi birokrasi yang sehat. Edi mengutamakan keutamaan ekosistem kerja yang tidak kaku. “Bila pimpinan dan staff-nya dapat tertawa bersama waktu berlari, karena itu saat bekerja juga mereka semakin lebih solid dan tenang dalam hadapi penekanan,” ucapnya.

Pramono menyisipkan pendekatan ini sebagai sisi dari taktik kepimpinan yang membumi. Di zaman pasca-pandemi, rumor kesehatan jiwa menjadi sama keutamaan dengan kesehatan fisik. Lari pagi yang terlihat enteng ini menjadi ruangan pembentuk ketahanan psikologis kelompok. Apalagi dilaksanakan tanpa prosedur kaku, tanpa tribune, dan tanpa jarak.

JAMMA menggarisbawahi jika pendekatan ini benar-benar searah dengan kampanye Jakarta Sehat yang sedang digiatkan Pemerintah provinsi, seperti service JakCare untuk kesehatan psikis dan Pasukan Putih untuk lanjut usia dan penyintas disabilitas berat. “Cara kecil dapat menjadi penyebab peralihan besar. Jika pimpinannya sehat dan berbahagia, Jakarta semakin lebih siap hadapi penekanan urban,” tutur Edi.

Lebih dari itu, aktivitas di GBK membuat ruangan komunikasi tidak resmi antarpemimpin yang sejauh ini tersita kegiatan rutin administratif. JAMMA menyebutkan ide semacam ini perlu ditiru sampai tingkat kecamatan. “Kita perlu birokrasi yang dapat tertawa saat sebelum rapat,” tambah Edi dengan suara enteng.

Di tengah-tengah jadwal pembangunan yang padat dan kompleks, JAMMA memandang keutamaan tersisa ruangan untuk perkuat jaringan antarpemimpin secara individual dan emosional. “Kota besar tidak cuma dibuat oleh bujet, tetapi juga oleh kebersama-samaan dan energi yang positif,” ucapnya.

JAMMA mengatakan loyalitas untuk selalu memberikan dukungan beberapa langkah Pemerintah provinsi DKI yang menyamakan kerja dan kesehatan, disiplin dan keceriaan. “Jakarta ini hari tidaklah cukup dengan data dan project. Dia perlu pimpinan yang kuat napasnya, jernih pemikirannya, dan enteng jalannya,” tutup Edi.