Kadar Gula Darah yang Tadinya 600 mgl/dL, Akhirnya dapat Kembali Normal Setelah Konsumsi Herbal Ini
*Disclaimer: Ini adalah hasil yang alami oleh Eka. Hasil yang didapatkan mungkin berbeda-beda tergantung kondisi metabolisme masing-masing individu.
Diceritakan oleh: Eka, 37th. Jakarta,

Aku biasa disapa “Bu Eka”. Kini aku dan suami tinggal di Jakarta. Kesibukan sehari-hari mengurus rumah tangga, semua biasa kukerjakan sendiri. Usiaku 37 tahun, masih tergolong muda bila dibandingkan dengan kebanyakan ibu rumah tangga pada umumnya.
Perjuangan menghadapi diabetes itu tidak semudah iklan-iklan di TV, Media Sosial ataupun Majalah. Jujur saja sebenarnya aku enggan menceritakan hal ini kepada publik, karena kupikir mungkin tidak semua orang memiliki masalah yang sama.
Tapi ternyata setelah beberapa kali aku coba sharing dengan lingkungan sekitar tentang “Bagaimana Menghadapi Diabetes” saat itu, alhamdulillah banyak yang merasa terbantu.
Semoga melalui tulisan ini, akan lebih banyak orang yang tahu dan paham akan pentingnya menjaga kesehatan, serta dapat mengatasi Diabetes dengan cara yang tepat.
Ku akui, pola hidupku dulu memang tidak sehat. Bagaimana tidak? Setiap hari rutin mengkonsumsi teh manis, camilan-camilan gurih ditambah porsi nasi yang cukup banyak setiap kali makan.
Menjadi seorang ibu rumah tangga menuntutku untuk selalu dapat memberikan yang terbaik bagi keluarga. Saat Diabetes mulai menghampiri, aku menjadi tidak leluasa beraktivitas. Kurang enerjik dan cepat lelah. Yang paling menyedihkan adalah ketika aku tidak dapat melayani suami dengan baik karena staminaku yang mudah lesu.
Sebagai seorang muslim pun, dalam beribadah aku cukup mengalami kesulitan. Terutama saat melakukan gerakan ruku ataupun sujud. Badan terasa kaku dan lemas.
Awal Terdiagnosa Diabetes
Pertengahan tahun 2018 silam, merupakan pukulan terberat dalam hidup. Sebelumnya, sama sekali tidak ada tanda-tanda khusus bahwa aku positif menderita DM (diabetes melitus), hingga didapati ternyata kadar gula darah sampai di angka yang sangat mengkhawatirkan.
Lemas dan pusing juga gatal-gatal memang sering dirasa. Kupikir hal tersebut bukanlah menjadi indikator terpenting seseorang dinyatakan diabetes atau tidaknya. Seiring waktu berlalu aku tidak pernah berinisiatif memeriksakan diri ke dokter ataupun rumah sakit terdekat.
Sampai disuatu pagi, tak sengaja jariku teriris pisau saat sedang memotong sayuran. Darah yang mengalir cukup banyak. Langsung aku bergerak cepat mengambil perban dan mengobatinya. Namun setelah 2 minggu berjalan, bukannya berangsur membaik justru area yang tersayat malah menjadi semakin parah. Aku sangat panik! Luka cenderung melebar dengan ruas yang agak basah dan meleleh, sehingga sulit untuk kering.
Timbul benjolan yang disertai rasa baal, kebas dan kram di beberapa area tertentu, terutama di sekitar kaki. Intensitas buang air kecil meningkat. Warna urine cenderung kuning pekat.
Daya penglihatan mata untuk jarak dekat berbanding lurus dengan tingginya kadar gula darah. Makin parah, makin besar positif mata. Duduk sebentar kaki langsung kesemutan dan inginnya sering dipijat. Badan tidak pernah terasa bugar, karena sebentar-sebentar aku pasti mengantuk dan mudah merasa lelah. Kewajiban sebagai seorang isteri maupun sebagai ibu rumah tangga tidak dapat ditunaikan dengan baik.
Karena merasa sangat tersiksa, tanpa pikir panjang aku langsung segera memeriksakan diri ke rumah sakit terdekat. Disitulah baru diketahui berdasarkan diagnosa yang diberikan dokter bahwa kadar gula darahku saat itu nyaris menyentuh angka 600 mg/dL.
Padahal normalnya hanya sekitar 70 – 130 mg/dL (sebelum makan) dan <180 mg/dL (setelah makan).

Perjuanganku Dimulai
Dokter memberikan banyak obat-obatan untuk dikonsumsi secara rutin ditambah dengan penggunaan suntikan kimia yang wajib digunakan disetiap harinya demi menjaga kestabilan kadar gula darah.
Bayangkan untuk sekali suntikan kimia biaya yang ku keluarkan per unitnya bisa mencapai ratusan ribu, lalu dikalikan dengan beberapa kali penggunaan dalam sehari agar kadar gula darahku dapat terjaga baik.
Biaya yang kian membengkak membuatku semakin gelisah. Maklum, aku khawatir akan memberatkan suamiku. Karena notabene aku hanyalah seorang ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan sendiri selain ditopang oleh suami. Belum lagi banyaknya kebutuhan rumah tangga yang harus dipenuhi.
Dititik itu aku sudah sangat putus asa dengan hidup. Waktu, biaya dan tenaga telah banyak dikorbankan namun sama sekali tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikan. Uang belasan juta rupiah sia-sia tanpa hasil yang terasa. Aku merasa tertipu dengan banyaknya iklan dan informasi yang mengatakan bahwa Diabetes dapat teratasi dengan baik. Seolah mereka memberikan janji kosong yang mumpuni.
Dalam kesedihan mendalam, disetiap shalat aku tidak pernah berhenti berdoa agar Tuhan memberiku petunjuk menuju kesembuhan.
Akhirnya Tuhan Menjawab Doaku
Beberapa bulan kemudian saat sedang browsing tentang macam-macam pengobatan bagi penderita Diabetes, tanpa sengaja kutemukan artikel tentang JAMSI (minuman herbal penurun kadar gula darah). Seakan tak mau lagi dibohongi tanpa adanya perubahan yang berarti, aku menjadi sangat berhati-hati dalam menggali informasi terkait dengan JAMSI.
Berbagai bukti akurat yang mendukung aku temukan, mulai dari banyaknya prestasi yang telah diraih; Masuknya JAMSI kedalam Jajaran Jurnal Penelitian Dunia serta adanya Sertifikasi Halal MUI dan BPOM dengan Nomor Registrasi terdaftar TR133672711 semakin membuatku ingin mencobanya.
JAMSI diformulasikan oleh Ning Harmanto pakar herbal terkemuka Indonesia dengan pengalaman lebih dari 20 tahun dibidangnya. Nano Technology yang mendukung proses pembuatan JAMSI, membuat khasiatnya diserap lebih cepat oleh tubuh, sehingga kadar gula darah bisa turun dengan cepat.


Setelah melalui berbagai riset mendalam dan berhubung aku itu orangnya nekat, maka untuk mengetahui betul atau tidaknya khasiat JAMSI, langsung saja kuputuskan untuk memesannya. Kebetulan harganya juga cukup terjangkau, tidak semahal produk-produk luar negeri yang belum tentu terbukti kebenarannya.
Pengalaman Pertamaku Mengkonsumsi JAMSI
Sekitar dua hari kemudian, JAMSI yang kupesan tiba. Tanpa mau menunda-nunda langsung kubuka kemasannya, lalu kubaca petunjuk pemakaiannya dengan teliti dan segera meletakkan sloki (wadah tuang) untuk cairan JAMSI yang sudah disediakan dipenutup botolnya. Aku tuang hingga ukuran maksimum sloki tersebut. Sebelum minum, aku check terlebih dahulu kadar gula darahku saat itu (sebelum mengkonsumsi JAMSI). Kebetulan aku punya alat check kadar gula darah sendiri.
Setelah aku minum, ternyata rasanya cukup kecut dan asam dilidah. Tapi hal itu tidak mengurangi semangatku untuk sembuh. Aku sabar menunggu, sesuai ketentuan yang ada, aku diharuskan menunggu minimum 1-2 jam kemudian agar tahu apakah ada penurunan kadar gula darah atau tidak.
Ternyata saat ku check tingkat kadar gula menunjukkan adanya penurunan yang signifikan. Melihat hasil yang menggembirakan seperti itu, akhirnya aku semakin rajin mengkonsumsi JAMSI secara rutin.
Bukan hanya kadar gula darah yang menunjukkan adanya penurunan, namun kualitas tidur pun semakin baik. Alhamdulillah bisa selalu tidur nyenyak, walau sebelumnya sering susah tidur (insomnia). Rasa kram, kebas, gatal-gatal di kaki dan area-area tertentu lainnya mulai dapat diatasi perlahan. Luka perlahan mengering dan berangsur pulih. Badan terasa lebih bugar, lebih ringan, seperti memiliki semangat baru untuk hidup.
Pekerjaan rumah tangga dan suami dapat kembali terurus. Kewajibanku sebagai seorang isteri dapat terlaksana dengan baik. Ibadah menjadi semakin lebih khusyuk. Alhamdulillah, Diabetes telah memberikan pelajaran berharga untukku. Karena itu, sejak mulai mengkonsumsi JAMSI aku juga mulai banyak bersyukur dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat.
Perlahan mengurangi porsi makanan dan minuman yang mengandung pemanis buatan, seperti minuman rasa-rasa, kue cemilan, ataupun nasi putih (yang ternyata banyak mengandung gula di dalamnya). Perbanyak minum air mineral ditambah sekali seminggu menyempatkan diri untuk sekadar jogging di pagi hari, walau hanya 15-20 menit.
Keseluruhan informasi penting yang aku rangkum di atas, semoga dapat berguna untuk khalayak luas yang mungkin memiliki riwayat penyakit sama seperti aku.
Untuk informasi pemesanan JAMSI dapat menghubungi langsung Distributor Resmi JAMSI di bawah ini.
Berapa Harga JAMSI?
3 Bulan Garansi Uang Kembali
Sebagai bentuk komitmen JAMSI dalam memberikan kualitas herbal terbaik untuk masyaratkan Indonesia, JAMSI memberikan Jaminan 100% uang kembali apabila setelah 3 bulan rutin konsumsi JAMSI tidak ada perubahan yang dirasakan.
Promo Gratis Ongkir
(Penawaran Terbatas)
Dapatkan Promo Khusus Gratis ONGKIR Ke Seluruh Indonesia.
Silahkan Klik Tombol di Bawah ini untuk Mendapatkan Promonya.

JAMSI Kini Sudah Bisa Dibeli di Kota Anda!
Untuk melihat daftar alamat penjual atau agen resmi JAMSI di Kota Anda, silahkan klik tombol di bawah ini: